Rabu, 16 Juni 2010

METODE BELAJAR JIGSAW SERTA PENERAPANNYA

  • Landasan Teori

    Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Lie, 2007). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Lie, 2007).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan anggota heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Lie, 2007).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2007).

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam (heterogen). Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Selama proses diskusi, guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Lie, 2007) :


 



 

Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Dalam pembelajaran dengan penerapan Jigsaw, materi dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Penerapan Jigsaw dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:

a. metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat (Kholid, 2009)

b. pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang singkat (Kholid, 2009)

c. jigsaw merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif, dimana siswa akan mampu untuk:

- menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris

- meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

- menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan

- meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

- meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

- meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri

- meningkatkan kesediaan mengunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

- meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan yang ada

- mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan

- meningkatkan sikap tenggang rasa

- meningkatkan kemampuan berfikir divergen atau berpikir kreatif

- meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) dan penerimaan diri (self acceptance

Namun demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran jigsaw di dalam kelas tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
  2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
  3. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
  4. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
  5. Banyak siswa yang tidak senang bila disuruh bekerjasama dengan orang lain.
  6. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok (Wulandari, 2009).
  • Contoh Penerapan dalam Materi Pembelajaran

Dalam suatu pembelajaran, metode Jigsaw cocok digunakan untuk materi yang terdiri atas beberapa sub bab. Misalnya pada kelas XI SMA metode Jigsaw dapat diterapkan pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang dikhususkan pada pertemuan yang membahas tentang organ pokok pada tumbuhan. Pada materi ini akan dibagi menjadi tiga sub bahasan yaitu:

  • Struktur dan fungsi akar
  • Struktur dan fungsi daun
  • Struktur dan fungsi batang


 


 

  • Skenario Pembelajaran

Langkah- langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw:

Tahap 1 : Memunculkan masalah dalam bentuk soal;

  1. Bagaimanakah struktur dan fungsi organ pokok pada tumbuhan yang berupa :
  • Akar
  • Batang
  • Daun

Tahap 2 : Membagi siswa menjadi tiga kelompok, yang masing-masing terdiri dari tiga anggota.

Tahap 3 : Masing-masing anak diberi soal berbeda sesuai dengan kajian yang akan dibahas.

Tahap 4 : Membentuk kelompok ahli.

Tahap 5 : Berdiskusi dalam kelompok ahli

Tahap 6 : Kembali ke kelompok asal

Tahap 7: Masing-masing mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompok ahli pada kelompok asal

Tahap 8 : Guru secara acak meminta salah satu kelompok untuk memprsetasikan hasil kerja kelompoknya.

Tahap 9 : Evaluasi


 

DAFTAR PUSTAKA

Kholid, Abdul. 2009. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (online). (http://www.unila.ac.id.) Diakses tanggal 16 Oktober 2009.

Lie, Anita. 2007.Cooperative Learning. Jakarta :Grasindo.

Wulandari, Eka Dian. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Kerjasam Siswa Pada Mata Pelajaran IPA kelas V di SDN Bareng 3 Malang. Skripsi: FIP UM


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar